Pendidikan adalah perhiasan diwaktu senang dan tempat berlindung
dikala susah. Kalimat yang mendunia dan harus ditanamkan jika ingin
meraih kesuksesan dalam kehidupan. Faktanya, dimanapun orang selalu
menjunjung tinggi dan memberi nilai lebih untuk pendidikan. Dalam
kehidupan bermasyarakat kedudukan dari pendidikan menjadi pusat
perhatian. Pendidikan yang tinggi tetapi dimiliki oleh orang berkarakter
tercela juga tidak disenangi. Disini terlihat jelas bahwa sesungguhnya
karakterlah yang dapat menentukan seseorang sukses dalam pendidikannya.
Hasil pencaharian dari internet mengenai ”Dampak Pendidikan Karakter
Terhadap Keberhasilan Akademik Anak”1 Dr. Martin Luther King berkata:
“Intelligence plus character…that is the goal of true education”
(Kecerdasan plus karakter….itu adalah tujuan akhir dari pendidikan
sebenarnya). Prinsip penting yang mencakup sisi karakter dalam
pendidikan Indonesia, artinya tidak menghasilkan peserta didik yang
hanya pandai mengekor, imitasi, tidak memiliki jiwa kejujuran, dan tidak
memiliki kepedulian dalam kehidupan bermasyarakat.
Di era eliminium ini, semua bersaing menuntut ilmu untuk menjadi
orang yang paling cerdas. Kecerdasan yang diperoleh sebenarnya tidak
memberi jaminan untuk meraih keberhasilan. Daniel Goleman menyebutkan
ternyata 80 persen keberhasilan dipengaruhi oleh kecerdasan emosi
(karakter), dan hanya 20 persen ditentukan oleh otak (IQ). Sementara
kecerdasan otak selalu didepan dan diasah, sedangkan karakteristik atau
budi alamiah yang sejatinya tiang utama semakin kabur dan menghilangkan
mutu pendidikan.
Orang berpikir kesuksesan para ahli dunia hanya diperoleh dari
kecerdasan otak dan pendidikan yang tinggi. Penulis tidak sejalan dengan
pemikiran ini, karena dari buku seri tokoh dunia2 yang telah dibaca,
penulis menarik kesimpulan bahwa peranan karakter yang lebih mendominan
ilmuan cemerlang Albert Enstein untuk selalu berusaha dan pantang
menyerah dalam menjalani kehidupannya. Sisi ini tidak saja membuatnya
berhasil dalam karir, tetapi ia laksana mentari dimusim salju, memberi
kehangatan pada orang-orang disekitarnya sehingga dihormati. Karakter
disiplin, pantang menyerah, sifat sabar, tekun, jujur merupakan kunci
keberhasilannya dalam meraih pendidikan yang hakiki dan melahirkan
karya-karya yang luar biasa. Karakter inilah yang dapat menjadi cambuk
agar seseorang bersungguh-sungguh untuk menuntut ilmu, bukan sekedar
memiliki pengetahuan yang luas (sebatas teori), tetapi tau bagaimana
cara mengaplikatifkannya.
Masalahnya sekarang, karakteristik atau budi pekerti plus tidak
menjadi perhatian utama sistem pendidikan Indonesia. Berbagai masalah
justru bermunculan ditengah kuatnya arus globalisasi yang dirasakan.
Sering terjadi tawuran pelajar/ mahasiswa mengakibatkan rusaknya sarana
umum, bahkan berujung kematian. Ketidak disiplinan, ketidak jujuran,
kurangnya kegemaran membaca, tidak mau bekerja keras, telah merasuki
jiwa anak sekolah. Ketidak pedulian terhadap lingkungan, tidak
bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan dan kurang
berkomunikasi terhadap sesama diakibatkan pelajar memiliki emosional
yang tidak stabil, seperti egois, dan tidak menghargai orang lain.
Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosi, akan mengalami
kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya, dan
kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa.
Ketidakpahaman sejak dini tentang pendidikan karakterlah pokok utama
permasalahan, mengapa mutu pendidikan semakin pudar dan kualitas
seolah-olah menurun. Penulis mengutip pernyataan yang menyebutkan
pandangan beberapa kelompok mengenai pendidikan. Sebagian kelompok
berpendapat bahwa pendidikan kita saat ini terlalu menekankan sisi
keduniawian. Sehingga banyak menghasilkan manusia-manusia yang egois,
tidak memegang nilai-nilai agama, tidak menghargai perbedaan, bermental
korup dan lain sebagainya. Kelompok lain berpendapat bahwa saat ini
pendidikan kita terlalu menekankan sisi kemampuan otak kiri. Akibatnya,
banyak manusia-manusia berprestasi secara akademik, namun kerapkali
berbuat a moral dan a sosial, tidak menghargai humanistik, tidak kreatif
dan lain sebagainya.
Saat ini, mulai marak pembicaraan mengenai pendidikan karakter. Dalam
artikel ”Dampak Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Akademi
Anak”3 menuliskan, pendidikan karakter masih diterapkan pada taraf
jenjang pendidikan pra sekolah ( taman bermain dan taman kanak-kanak).
Sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih sangat jarang
sekali. Kurikulum pendidikan Indonesia belum sepenuhnya menyentuh aspek
karakter ini. Padahal kurikulum adalah jantungnya pendidikan. Ada yang
mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok
untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya sebagian
besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum
pelajaran di sekolah. meskipun ada pelajaran pancasila, kewarganegaraan,
dan semisalnya diberikan sebatas teori, tidak dalam tataran aplikatif.
Keadaan ini tentu memperlemah tegaknya mutu pendidikan yang diidamkan.
Keadaan yang dapat memperkecil kemungkinan untuk menghasilkan generasi
muda bangsa yang berkulitas, baik akademik dan normatif. Padahal jika
Indonesia ingin bangkit dari ketertinggalan, maka seharusnya Indonesia
merombak sistem pendidikan saat ini.
Kenyataan ini sangat memprihatinkan, kehausan terhadap keinginan
meningkatkan mutu pendidikan masih menjadi mimpi indah yang tidak tau
cara mewujudkannya. Berdasarkan penguraian diatas, penulis mengangkat
sebuah karya tulis berjudul ”Pendidikan Berkarakter Sebuh Solusi
Meningkatkan Mutu pendidikan”. Disini penulis mengamanatkan sebuah
solusi yaitu pendidikan karakter sebagai dasar untuk mendatangkan
perbaikan terhadap mutu pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter
dapat digunakan sebagai alternatif untuk membangun generasi bangsa yang
lebih baik. Selain itu, pendidkan karakter dapat mengembangkan penerus
bangsa dalam berbagai aspek serta memperkecil faktor permasalahan budaya
dan karakter bangsa. Dengan pendidikan karakter seseorang dapat
memiliki kecerdasan emosional yang baik. Kecerdasan emosi akan menjadi
bekal untuk menyonsong masa depan, menghadapi berbagai masalah, termasuk
tantangan untuk berhasil secara akademis. Suksesnya pendidikan karakter
secara otomatis mutu pendidikan terangkat kelevel-level yang lebih
baik, dengan tidak menghasilkan peserta didik yang hanya pandai
mengekor, tetapi menghasilkan SDM yang unggul, kompetitif dan dapat
diandalkan.
Hakikat Pendidikan Karakter Bagi Bangsa Indonesia
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menyeimbangkan ilmu
pengetahuan (iptek) dengan ilmu agama (imtak), sehingga Individu
memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan mampu
bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakter ini sangat
dihargai dan tentu berguna serta tidak akan sia-sia.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya
pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Kalau
sudah dipahami, maka nilai-nilai pancasila mudah dikembangkan. Perlu
kita sadari bahwa pendidikan dalam membangun umat, menempati posisi yang
sangat strategis. Dan perlu kita hayati bersama bahwa pendidikan
merupakan kunci masa depan bangsa kita4.
Pendidikan berkarakter harus berjalan secara baik dalam aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik dalam mempersiapkan generasi muda
bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di
masa depan. Persiapan dengan mewariskan budaya dan karakter bangsa yang
telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Dengan kata lain, peserta
didik akan selalu bertindak, bersikap yang mencirikan budaya dan
karakter bangsa.
Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam
UU Sisdiknas, “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa”. Pendidikan berkarakter merupakan inti dari suatu proses
pendidikan. Dalam mengembangkan pendidikan karakter, kesadaran akan
siapa dirinya dan kepedulian terhadap kemajuan bangsa akan terasa
teramat penting.
Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter dan Dampaknya Bagi Pelajar Indonesia
Berdasarkan CD bahan bantek kabupaten kota 2010, karakter bangsa
Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara Indonesia berupa
tindakan-tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai
yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan karakter bangsa
diarahkan pada upaya mengembangkan nilai-nilai yang mendasari suatu
kebajikan sehingga menjadi sebuah solusi untuk meningkatkan mutu
pendidikan Pendidikan karakter yang berhasil diterapkan akan
menghasilkan nilai-nilai sebagai berikut:
Relijius
Kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran
agama dan kepercayaannya5. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai
relijius merupakan pendidikan karakter bangsa yang utama. Melihat nilai
relijius yang semakin memudar dalam perkembanggan zaman, maka harus
diterapkan sejak dini dalam proses pendidikan baik formal ataupun tidak.
Berdo’a sebelum dan sesudah belajar, berbuat baik kepada sesama,
mengormati dan patuh kepada kedua orang tua dan sebagainya merupakan
bentuk aplikatifnya. Jika sudah menyatu dan menjadi suatu kebutuhan maka
akan melahirkan generasi bangsa yang berkualitas, sehingga mutu
pendidikan dapat ditingkatkan.
Jujur
Karakter bangsa yang kini menjadi sorotan pada berbagai aspek kehidupan
adalah kejujuran. Sekarang, nilai kejujuran diumpamakan sebagai barang
berharga yang sangat mahal. Lemahnya nilai kejujuran di sekolah,
seperti, budaya menyontek, berbohong kepada guru akan berdampak terhadap
proses pendidikan dan hasil yang akan diperoleh. Nilai kejujuran dapat
dikembangkan melalui kantin kejujuran, sehingga materi atau pokok
bahasan dalam mata pelajaran dapat langsung dipraktekkan. Kantin
kejujuran merupakan salah satu strategi yang tepat agar siswa belajar
dan berlatih mengimplementasikan nilai-nilai antikorupsi dan sebagai
wadah bagi pendidikan kader calon pemimpin bangsa yang berwatak
antikorupsi6.
Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, perilaku orang lain yang berbeda dari dirinya7.
Berbagai kerusuhan (tawuran) dan kekerasan (perusakan sarana umum)
diminimalisasikan dengan saling bertoleransi. Rasa toleransi harus
selalu tertanam dan dipahami agar generasi muda terlepas dari
permasalahan. Tidak mungkin ada toleransi jika kelakuan moral tidak
diperkenalkan secara baik melalui pendidikan karakter. Permasalahan
timbul karena adanya perbedaan, karena itulah kita membutuhkan toleransi
dalam proses pendidikan supaya tercipta suasana yang kondusif dan
damai. Seperti menghargai guru, menghargai pendapat teman, saling
membantu menuju kesuksesan.
Disiplin
Kedisiplinan membuat pelajar senantiasa menggunakan waktu dengan
sebaiknya, dalam arti tidak menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak
bermanfaat atau sia-sia. Dalam lingkup nilai disiplin, Indonesia masih
jauh tertinggal dari bangsa lain yang sukses menerapkan nilai
kedisiplinan. Kenyataan dilapangan, kebiasaan seperti terlambat masuk
kelas/ menghadiri rapat, sering tidak hadir, (baik pengajar atau peserta
didik), mengakhiri pelajaran sebelum waktunya masih sangat mudah
ditemukan. Apabila dunia pendidikan gagal menanamkan sikap disiplin
terhadap peserta didik, berarti para guru dan dosen siap mengantarkan
bangsa di negeri ini kelapisan bawah dari bangsa-bangsa dunia yang telah
maju peradabannya8.
Kerja Keras
Keberhasilan diperoleh melalui usaha. Kerja keras yang dilakukan
meliputi rajin belajar, membuat tugas dengan sungguh-sungguh, dan
bekerja sama dalam mencapai tujuan. Suksesnya penerapan kerja keras
dalam melaksanakan hak dan kewajiban, akan melahirkan peserta didik yang
mau berusaha, tanpa mengenal putus asa. Hal ini membuat siswa mau
bekerja keras dalam mencapai tujuan akhir pendidikannya.
Kreatif
Alternatif lain yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yaitu dengan
pemikiran yang kreatif. Siswa yang kreatif sangat diidamkan, karena
mampu menghasilkan karya-karya yang baru seperti karya sastra, karya
seni, tidak terbebani terhadap satu solusi serta jauh dari jiwa imitasi.
Kreatifitas dapat menyeimbangkan otok kiri dengan otak kanan. Sehingga
hasil karya anak bangsa seperti penciptaan robot sebagai tekhnologi
dapat mengangkat pendidikan Indonesia dimata dunia.
Mandiri
Siswa mandiri akan terlepas dari ketergantungan terhadap bantuan yang
diberikan oleh orang lain. Kemandirian sangat dibutuhkan dalam proses
pembelajaran, seperti mengerjakan tugas sendiri, dan melengkapi bahan
pembelajaran. Kemandirian melatih siswa untuk terbiasa menggunakan
kemampuan yang dimilikinya. Jadi, generasi muda harus mandiri dalam
mengerjakan kewajiban yang telah diberikan.
Demokrasi
Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 bab
III pasal 4 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia. Pendidikan yang demokratis akan menghasilkan
lulusan yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu
mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan publik[9]. Demokrasi dapat
berupa saling bertukar pendapat dalam forum diskusi, mengajukan
pemikiran dalam musyawarah, memilih pemimpin kelas/ sekolah dan
sebagainya.
Rasa Ingin Tahu
Minat dalam proses belajar adalah rasa ingin tahu terhadap materi yang
disampaikan. Jika rasa ingin tahu selalu menjadi hal yang selalu
dibiasakan, maka menerima materi akan mudah dirasakan. Rasa ingin tahu
membuat siswa selalu menggali ilmu, mencari informasi, melakukan suatu
hal yang baru.
Semangat Kebangsaan
Patriotisme menjadi modal awal dalam keinginan memajukan bangsa negara
Indonesia. Dengan semangat kebangsaan, rasa saling berhubungan akan
tetap terasa dalam mengisi hari kemerdekaan. Siswa yang patriotisme akan
hikmat mengikuti upacara dan aktif dalam berbagai kegiatan kebangsaan
seperti PMI.
Cinta Tanah Air
Dari nilai cinta tanah air, kepedulian terhadap bangsa dan Negara
Indonesia yang sangat menonjol dalam kepribadian. Dalam segi aplikatif
cinta tanah air dapat diwujudkan dengan kesetiaan, kepedulian terhadap
bahasa dan lingkungan, membeli produk anak bangsa dan dalam berbagai
aspeknya.
Menghargai Prestasi
Prestasi yang diperoleh harus dihargai sebagai buah perjuangan yang
telah dipetik. Dengan berbagai sarana yaitu berbagi ilmu terhadap
sesama, dan selalu menggali potensi diri.
Bersahabat dan Komunikasi
Dalam aspek pendidikan keberhasilan sesalu diraih dengan saling bekerja
sama karena perasaan senang telah tercipta dan komunikasi yang berjalan
dengan baik ( membentuk kelompok diskusi) akan meningkatkan proses
belajar menjadi lebih efisien.
Cinta Damai
Kemampuan menciptakan suasana yang bersahabat dan bernuansa damai,
sehingga keadaan yang kondusif dalam proses pembelajaran dapat
diwujudkan. Permasalan diselesaikan dengan cara damai dan adil. Sikap
menerima kekukurangan dan menghargai kelebihan dengan terbuka dan saling
pengertian.
Gemar Membaca
Dengan gemar membaca, pelajar dapat membuka cakrawala yang luas. Pepatah
mengatakan “Membaca Buku Berarti Membuka Jendela Dunia”. Informasi yang
diperoleh menjadikan peserta didik memiliki potensi awal yang sangat
baik, sehingga dapat mengaitkan berbagai ilmu yang dikuasai.
Peduli Lingkungan
Upaya yang dilakukan sebagai bentuk pencegahan terhadap kerusakan
lingkungan. Implementasinya disekolah seperti membuang sampah pada
tempatnya, dan menjaga kebersihan, kenyamanan lingkungan sekolah.
Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi proses pembelajaran, seperti
lingkungan belajar yang bersih akan menciptakan suasana senang sehingga
pikiran lebih terbuka untuk menerima materi.
Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang berjiwa sosial dengan saling membantu untuk
mewujudkan kerukunan dan lingkungan yang damai serta sejahtera dalam
dunia pendidikan. Apabila ada kemalangan dari warga sekolah diwujudkan
dengan rasa empati, mengumpulkan dana bantuan.
Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab berarti berani mengambil resiko terhadap tindakan yang
telah diperbuat. Peserta didik sangat dituntut untuk bertanggung jawab
terhadap apa yang telah dilakukannya, baik terhadap diri sendiri,
lingkungan masyarakat dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
*Ditulis oleh Mursalim Nawawie dari SMA Rahmatul Asri Enrekang .
___________________________________________________________________________
FOOTNOTE
-
Dampak Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Akademik Anak .
http://www.pondokibu.com . (diakses hari senin, tanggal 7 Desember 2011)
- Jhen Fe Jau.2003.Albert Einsten. Jakarta: PT Alex Komputindo
-
Dampak Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Akademi Anak http://.www.pondokibu.com .( Diakses tanggal 7 Desember 2011)
- H. Mauli Saelan.Pendidikan Harus Mendapat Perhatian Serius.Amanah hal.76-77( Edisi No.54 th XIII 7 Mei-7 Juni 2000)
-
CD Bahan Bantek Kabupaten Kota 2010
- Kegunaan Kejujuran dalam Pendidikan (online).
www.google.com/gwt/x?client=ms-samsung&q=
kegunaan+kejujuran+dalam+pendidikan&channel=mm&ei=lIYiTqjyG4GErQe61oP4AQ&ved=0CAcQFjAA&hl=id&source=m&rd=1&u=http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/PPKN/article/view/6012.
(diakses minggu, 7 Desember 2011).
-
CD Bahan Bantek Kabupaten Kota 2010
-
Karakter disiplin dalam dunia Pendidikan (online).
www.google.com/gwt/x?client=ms-samsung&q=karakter+disiplin+dalam+dunia+pendidikan&channel=mm&ei=weAiTsCRD87irAeVy_AQ&ved=0CAcQFjAA&hl=id&source=m&rd=1&u=http://staff..uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Suhadi%2520Purwantar.
(diakses minggu, 7 Desemberi 2011)
-
Nilai Demokrasi Dalam Pendidikan (online).
www.psikologi.uin-malang.ac.id/PSIKOLOGI_UIN/
download1.php?path%3D36%26act%3Din. (diakses minggu, 7 Desemberi 2011)
DAFTAR PUSTAKA
http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/.
Diakses tanggal 7 Desember 2011
http://rohadieducation.wordpress.com/2011/05/04/pendidikan-karakter-akankah-menjadi-pepesan-kosong/.
Diakses tanggal 7 Desember 2011
CD Bahan Bantek Kabupaten Kota 2010
http://psikologi.uinmalang.ac.id/PSIKOLOGI_UIN/download1.php?path%3D36%26act%3Din. Diakses tanggal 17 Juli 2011
http://staff..uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Suhadi%2520Purwantar. Diakses tanggal 7 Desember 2011
Jhen Fe Jau.2003.Albert Einstein.Jakarta:PT Alex Media Kompuindo.
Saelan, Mauli. 2000. Pendidikan Harus Mendapatkan Perhatian Serius. AMANAH. Hal 76. (Edisi No.54 Th XIII 7 Mei- 7 Juni 2000).