Bismillahirrahmanirrahim.
“Enjoy aja, Gak ada lo gak rame, tunjukkan merah mu” telah melanda
anak muda Indonesia. Mulai dari siswa SMP hingga SMA telah menjadi
pribadi-pribadi yang masa bodoh dengan lingkungan mereka, senantiasa
berkelompok untuk memperlihatkan keberanian mereka. “Inilah kami, inilah
jawaban kita, ini jawaban pemuda Indonesia” (dengan gaya seperti Bung
Tomo). Ironisnya dalam setiap aksi mereka, lingkungan sering kali diam.
mereka acuh dan membiarkan generasi bangsa ini perlahan-lahan dihisap
menjadi abu kesia-siaan.
Hampir satu semester sudah saya berada
di dunia pendidikan formal, tepatnya di Sekolah menengah Atas (SMA) di Enrekang. Banyak peristiwa yang mengagumkan dan meresahkan yang terjadi.
Namun setiap peristiwa menjadi objek penelitian yang menarik untuk di
pelajari. Yang cukup menarik adalah dunia rokok dan remaja Indonesia.
Suatu
hari setelah jam sekolah selesai sebelum beranjak pergi meninggalkan
sekolah, saya shalat Ashar terlebih dahulu di mushalla perumahan warga.
20 meter dari sekolah di mana saya mengajar. Saya melewati sekelompok
anak SMA lain yang sedang asyik nongkrong di depan warung. Tidak aneh
memang, karena dahulu pun saya sesekali turut melakukannya. Tetapi ada
sesuatu yang menjanggal, mereka asyik merokok ketengan tanpa rasa takut
kepada siapapun di tempat terbuka. Ini sungguh berbeda dengan generasi
saya ketika seumuran mereka, teman-temanku harus merokok di kebun agar
tidak ada seseorang pun yang melihat mereka. Pertama-tama Saya biarkan
terlebih dahulu aktivitas mereka karena ingin mengetahui reaksi yang
akan mereka lakukan ketika ada banyak orang yang berlalu lalang di depan
mereka.
Sangat hebat! Pemuda hari ini sungguh pemberani, sayang
salah tempat. Mereka enjoy dengan aktivitasnya dan masyarakat di sekitar
mereka diam, bahkan ada beberapa guru SMA yang juga acuh tidak menegur
perbuatan mereka. Apakah arti guru hari sudah menyempit? Seorang guru
hanya menjadi guru di ditempat ia mengajar. Sehingga tidak ada kewajiban
bagi mereka untuk menegur siswa yang bukan bersekolah ditempat ia
mengajar.
Selesai shalat saya kembali melewati para remaja
tersebut, kemudian memberikan pertanyaan kepada mereka. Kenapa sih
kalian merokok? Mereka terlihat kaget tiba-tiba di beri pertanyaan
seperti itu. Tampak wajah-wajah kebingungan harus menjawab apa. Akhirnya
salah satu anak menjawab “Ya emang karena pengen merokok pak”. Jawaban
yang natural dari seorang anak remaja bercelana SMA. Tidak terdapat
alasan yang kuat untuk mereka merokok, jawaban seperti itu adalah
jawaban orang yang terbawa lingkungan, atau awalnya sekadar coba-coba.
Ternyata
para remaja yang merokok hanyalah masalah kecil saja, masalah utama
terletak pada lingkungan mereka tumbuh. Mereka hanyalah korban
lingkungan yang tanpa disadari mengajari mereka untuk mulai merokok.
Para
Guru yang merokok di lingkungan sekolah tentu segan untuk menegur siswa
yang merokok. Para pemilik warung pun tidak lagi peduli siapa yang
membeli rokok. Saat ini sering terlihat siswa SMP asyik merokok di depan
warung tanpa rasa takut. Bahkan seorang bapak dapat menyuruh
anak-anaknya yang masih SD untuk membeli rokok di warung. Lingkungan
yang telah memudahkan seorang anak dapat mengakses rokok tanpa ada
pencegahan sama sekali.
Kita Semua Pasti tahu bahwa merokok
adalah sesuatu hal yang buruk. Seluruh sekolah di Indonesia dalam tata
tertibnya melarang siswa untuk merokok, bahkan membawa pun diberikan
sanksi. Argumen bahwa manfaat rokok adalah membuka berjuta-juta lapangan
kerja, itu sungguh tidak masuk akal. Banyak orang yang bisa hidup tanpa
harus bekerja di pabrik rokok. Masih banyak lapangan kerja yang bisa
kita buat. Bahkan para pemilik saham pabrik rokok pun tidak merokok.
Jika kita melihat masalah yang jauh lebih besar tentu kita akan sepakat
bahwa rokok merupakan masalah, dan harus ditinggalkan.
Jika saat
ini kita tidak bisa mendorong pemerintah untuk menutup pabrik rokok yang
ada di Indonesia, kenapa kita memulai dari masyarakatnya. Dengan
menegur masyarakat yang berada di lingkungan para siswa. “Apakah jika
anak bapak/ibu yang masih sekolah membeli rokok di warung ibu/bapak
sendiri akan ibu/bapak layani?” bagaimana bila mereka bertanya “temanku
boleh membeli rokok, kenapa aku tidak boleh, ini kan warung kita, aku
anak bapak dan ibu?” haruskah kita semua acuh, asik menyelamatkan
keluarga kita saja dan membiarkan anak orang lain hancur. Jika tidak.
Lalu “Kenapa Anda Diam?”
“Sesungguhnya kaum Mukmin itu bersaudara.” (TQS al-Hujurat [49]: 10)
“Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya.” (HR al-Hakim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar