Salah satu pertanyaan yang mungkin tidak membutuhkan jawaban adalah pertanyaan "Siapa yang ingin menjadi nomor 1?"
Menjadi nomor 1 hampir selalu dikaitkan dengan hal-hal lazim seperti
mendapatkan posisi yang paling terhormat, meraih penghargaan yang
tertinggi, mencatatkan nilai yang sempurna, menggapai pucuk pimpinan
sebuah organisasi dan sebagainya.
Banyak sekali orang yang secara langsung ataupun tidak langsung merasa
dirinya dipermalukan, merasa patah arang, merasa putus harapan, merasa
putus asa dan kecewa ketika dirinya hanya menjadi "nomor 2", apalagi
ketika dirinya pernah mendengar sebuah slogan yang mengatakan,
"Sesungguhnya nomor 2 adalah pecundang nomor 1."
Apa yang ingin saya sharing-kan pada kesempatan ini ?
Menjadi nomor 1 yang dikaitkan dengan sebuah pencapaian prestasi dalam
kehidupan ini, bukanlah mengacu pada sebuah sistem alphanumerik, tidak
dimaksudkan pula sebagai sesuatu yang sifatnya abadi dan atau menjadi
hal tak tergantikan.
Sebaliknya "menjadi nomor 1" dalam mencapai sebuah prestasi tertinggi
dalam kehidupan ini lebih mengacu pada sikap kedewasaan mental
(maturity), lebih dimaksudkan pada konsistensi pada komitmen untuk
mengerahkan segala yang terbaik.
Perlu diingat, menjadi "nomor satu" merupakan hal yang sifatnya
sementara, karena siapapun yang datang kemudian bisa "merebut" posisi
tersebut!
Pada akhirnya, saya sampai pada sebuah pemahaman mengenai "sikap mental menjadi nomor 1":
Jadilah nomor 1
Mengherankan pada kenyataannya para pesaing hampir selalu lebih banyak
mengerahkan segala upayanya untuk mengekor sang nomor 1 daripada untuk
"menyalipnya".
Jadilah nomor 2
Merupakan cara/usaha yang jauh lebih mudah dan relatif menggunakan
biaya yang jauh lebih murah mempelajari segala sepak terjang yang
dilakukan sang nomor 1 saat Anda persis berada "di belakangnya".
Jadilah nomor 3
Tidak masalah menjadi nomor 3, nomor 1 hanyalah "gelar juara bertahan"
sedangkan nomor 2 jaraknya hanya selangkah di depan Anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar